طلب العلم والعمل به:
MENGAMALKAN
ILMU
1. طَلَبُ
الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَوَاضِعُ الْعِلْمِ عِنْدَ غَيْرِ أَهْلِهِ
كَمُقَلِّدِ الْخَنَازِيرِ الْجَوْهَرَ وَاللُّؤْلُؤَ وَالذَّهَبَ (سنن ابن ماجه, كتاب
المقدمة, باب فضل العلماء والحث على طلب العلم, رقم الحديث: 220).
Mencari ilmu wajib atas setiap
Muslim. Orang yang memberikan ilmu kepada yang bukan ahlinya adalah seperti
orang yang mengalungkan intan, permata dan emas kepada babi (Sunan Ibn Mâjah,
Kitâb al-Muqaddimah, Bâb Fadhl al-'Ulamâ' wa al-Hitsts 'alâ Thalab al-'Ilm,
hadis no. 220).
Banyak
sekali pendapat tentang ilmu apa yang wajib dicari oleh setiap Muslim. Berikut
di antara pendapat-pendapat itu:
1.
Ilmu yang
setiap orang balig dan berakal harus mengetahuinya.
2.
Ilmu
tentang apa saja yang terjadi pada diri.
3.
Ilmu yang
dapat menjelaskan urusan agama yang menimpa seseorang.
4.
Ilmu yang
setiap hamba tidak punya pilihan selain mengetahuinya seperti pengetahuan
tentang Sang Pencipta, keesaan-Nya, kenabian Rasul-Nya, dan tata cara salat.
5.
Ilmu
ikhlas.
6.
Ilmu khawâthir
(seluk beluk jiwa).
7.
Ilmu
tentang halal-haram.
8.
Ilmu
jual-beli dan nikah-cerai bagi orang yang mau memasuki dunia jual-beli dan
perkawinan.
9.
Ilmu
tentang rukun Islam.
10.
Ilmu
tauhid.
11.
Ilmu hati,
yaitu ilmu yang menambah keyakinan seorang hamba.
Penggalan
وَوَاضِعُ
الْعِلْمِ عِنْدَ غَيْرِ أَهْلِه...ِ, memberi pesan bahwa setiap Muslim memiliki potensi dan
keahlian masing-masing. Ketika potensi dan keahlian ini ditempatkan bukan pada
tempatnya maka potensi dan keahlian akan musnah. Perumpamaan bagi penempatan
potensi dan keahlian bukan pada tempatnya ini adalah seperti mengalungi hewan
paling hina dengan perhiasan paling berharga. Dari hadits ini juga diperoleh
pemahaman bahwa setiap orang hendaklah mencari ilmu yang selaras dengan potensi
diri dan kedudukannya, setelah sebelumnya diperoleh ilmu yang wajib dimiliki
oleh setiap orang, yakni ilmu tentang kewajiban-kewajiban umum agama. Setiap
pendidik juga harus memerhatikan potensi setiap anak didiknya, lalu mengajari mereka
sesuai dengan potensi masing-masing.
2. اللَّهُمَّ
انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي وَزِدْنِي عِلْمًا وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ النَّارِ (سنن ابن ماجه,
كتاب الدعاء, باب دعاء الرسول صلى الله عليه وسلم, رقم الحديث: 3823).
Ya Allah, jadikanlah apa yang telah Engkau ajarkan
kepadaku bermanfaat bagiku ajarkanlah aku apa yang bermanfaat bagiku, dan
tambahkanlah ilmu kepadaku. Segala puji bagi Allah dalam setiap keadaan dan aku
berlindung kepada Allah dari siksa neraka (Sunan Ibn Mâjah, Kitâb
al-Du'â', Bâb Du'â al-Rasûl, hadis no. 3823).
1.
Ilmu yang sudah kita terima mudah2an bermanfaat
2.
Yang akan datang semoga bermanfaat juga
3.
Senantiasa berharap Ditambah ilmu-ilmu kita
4.
Membaca hamdalah sebagai ungkapan syukur
Tiga cara Bersyukur :
Binniat, didalam hati masing-masing
Bilisan, diucapkan dengan kalam “alhamdulilah”
Bil arkan, di implementasikan dengan anggota badan berupa
melaksanakan ibdah-ibadah mahdhoh maupun ghoiru mahdhoh.
5.
Berdo’a mendapatkan perlindungan dari alloh SWT setiap
saat.
3. سَلُوا
اللَّهَ عِلْمًا نَافِعًا وَتَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ (سنن ابن
ماجه, كتاب الدعاء, باب ما تعوذ منه رسول الله صلى الله عليه وسلم, رقم الحديث:
3833).
Mohonlah kepada Allah ilmu yang bermanfaat dan mohonlah
perlindungan kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat (Sunan Ibn Mâjah,
Kitâb al-Du'â', Bâb Mâ Ta'awwadza Minh Rasûlullâh, hadis no. 3833).
Pada hakekatnya inti hadits diatas (3) adalah sama dengan
hadits sebelumnya yakni :
1. Senantiasa berharap dan berdoa seluruh ilmu
yang kita terima bermanfaat dan maslahah fiddinina, fidunyana wal akhirotina.
2. Memohon
perlindungan kepada Alloh dari segala ilmu yang tidak bermanfaat baik untuk
dirinya maupun orang lain.
4. قَالَ
ابْنُ مَسْعُودٍ لَا تَعَلَّمُوا الْعِلْمَ لِثَلَاثٍ لِتُمَارُوا بِهِ السُّفَهَاءَ
وَتُجَادِلُوا بِهِ الْعُلَمَاءَ وَلِتَصْرِفُوا بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْكُمْ
وَابْتَغُوا بِقَوْلِكُمْ مَا عِنْدَ اللَّهِ فَإِنَّهُ يَدُومُ وَيَبْقَى وَيَنْفَدُ
مَا سِوَاهُ (سنن الدارمي, كتاب المقدمة, باب العمل بالعلم وحسن النية فيه , رقم الحديث:
257).
Ibnu Mas'ûd berkata: "Janganlah
mempelajari ilmu untuk tiga hal: membuat ragu orang-orang bodoh, membantah para
ulama, dan menarik perhatian orang kepada kalian. Carilah dengan ucapan (ilmu)
kalian apa yang ada di sisi Allah, sebab ia tidak putus dan kekal, sedang yang
lainnya musnah" (Sunan al-Dârimî, Kitâb al-Muqaddimah, Bâb al-'Amal
bî al-'Ilm wa Husn al-Niyyah Fîh, hadis no. 257).
Dilarang mempelajari tiga hal jenis ilmu ;
1. Membuat ragu orang-orang bodoh,
2. Membantah
para Ulama, dan
3. Berupaya
menarik perhatian orang lain untuk tertuju pada pandangan kita.
4. Ilmu dari
Alloh selalu menjadi prioritas karena sifatnya yang tidak akan pernah putus dan
kekal abadi sementara yang lain (ilmu selain Alloh) bersifat musnah.
5. قَالَ
ابْنُ مَسْعُودٍ كُونُوا يَنَابِيعَ الْعِلْمِ مَصَابِيحَ الْهُدَى أَحْلَاسَ الْبُيُوتِ
سُرُجَ اللَّيْلِ جُدُدَ الْقُلُوبِ خُلْقَانَ الثِّيَابِ تُعْرَفُونَ فِي أَهْلِ السَّمَاءِ
وَتَخْفَوْنَ عَلَى أَهْلِ الْأَرْضِ (سنن الدارمي, كتاب المقدمة, باب العمل بالعلم
وحسن النية فيه , رقم الحديث: 258).
Ibnu Mas'ûd berkata: "Jadilah kalian sumber ilmu,
lentera petunjuk, tinggal di rumah yang permanen, lampu penerang malam
(kegelapan), lembut hati, sopan busana, dikenal oleh penghuni langit, dan
bersembunyi dari penghuni bumi" (Sunan al-Dârimî, Kitâb
al-Muqaddimah, Bâb al-'Amal bî al-'Ilm wa Husn al-Niyyah Fîh, hadis no.
258).
Hadits diatas mengandung spirit untuk kita semua kaum
muslimin senantiasa memposisikan diri sebagai ;
1. Orang yang kaya dengan ilmu pengetahuan, wawasan luas
dan selalu berpola pikir
yang positif;
2. Menjadi referensi persoalan yang dihadapi oleh kaum
dan masayarakat sekitar,
3. dirumah yang bermanen dapat diartikan secara tektual
adalah mereka yang telah mukim dan menempati tempat tinggal yang mudah
dijangkau dan dicari banyak orang,
sedangkan secara maknawiyah mereka yang memiliki pandangan atau paradigma yang
konsisten dan paten.
4. Menjadi sosok pencerah yang dapat memberikan solusi
dalam banyak prolem kehidupan.
5. Memiliki etika yang baik, integritas dan kesopanan.
6. Tidak gampang menunjukkan kepintaran (riya’) sesama
teman ataupun lawan dan memiliki kedekatan robbani .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar