Senin, 30 April 2012

my story


 Kini, Waktu Ada Dalam Genggamanku…..

Saat mentari mulai menampakkan sinarnya, Aku hanya bisa tersenyum melihatnya. Dan ia pun membalas senyumanku dengan kehangatan yang menyelimuti jiwa-jiwa yang dingin oleh tetesan embun. Seperti hari-hari sebelumnya, tak ada rencana-rencana yang jelas, tak tau kemana kaki ini akan melangkah. Masih menanti waktu yang akan mengulurkan tangannya, mengajak untuk bangkit dan berdiri, berlari-lari bersama kicauan burung pagi hari.
Setelah lama duduk terdiam, waktu pun datang menghampiriku. mengajak tuk menyiapkan selambar kertas putih dan sebuah pena. Namun, Aku tak tahu apa yang akan kulakukan dengan kedua benda ini. Aku hanya melihat senyuman di atas selembar kertas itu. Dan kertasnyapun tetap kosong. Beberapa saat kemudian ia pun tak lagi menampakkan senyum manisnya, justru wajah muramlah yang ia tampakkan, karena pena yang ku pegang tak kunjung mengucurkan tinta hitam di atasnya.
Mataku memandang lurus ke depan. Ku lihat beberapa orang berlalu-lalang di sekelilingku. Ada yang duduk mengamati sebuah benda di depannya, ada pula yang berbincang-bincang dengan seorang bapak tua yang keriput, dan didahinya mengalir  peluh penuh semangat. Tampak seperti seorang pekerja keras. Aku mengalihkan pandanganku ke kanan. Ku lihat seorang gadis berbadan kurus kering, sedang sibuk mengamati sebuah gedung tinggi yang berada di depannya. Dan tak lama kemudian ia mengambil gambar dengan kamera kecil yang selalu menggantung di lehernya.
Aku masih bingung mengamati tingkah lucu mereka. Dua benda yang ada dalam genggamanku juga ada dalam genggaman mereka. Namun, kaki mereka melangkah, bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Sehingga satu kejadian pun dapat terekam dalam kertas putih yang mereka pegang. Langkahnya tak terhenti sampai disitu. Ku lihat satu kertas itu digandakan, dan disampaikan pada penikmat-penikmat goresan tinta, berharap pesan didalamnya terdengar oleh para penguasa dunia. Agar mereka mendengar jeritan manusia-manusia kecil yang terjepit oleh kekejaman zaman yang membutuhkan uluran tangan darinya.
Aku pun kembali memandang selembar kertas yang ku pegang. Masih bersih tak ada sedikit pun coretan. Tinta hitam dalam penaku tak mau keluar. Begitu pula dengan beberapa pemikiran dalam benakku yang merasa malu, jika nantinya dibaca orang. Aku mengerutkan keningku, berfikir mengapa aku malu, mengapa aku sulit menggerakkan jemariku untuk membuat coretan seperti orang-orang di sekitarku. Padahal, apa yang mereka lakukan itu lebih bermakna dari pada hanya duduk terdiam. Menunggu waktu menghampiri dan mengajak berjalan ke arah yang tak pasti.
Tiba-tiba, aku mendengar bisikan angin yang perlahan membuat mataku terbuka, hingga aku pun berdiri dan melangkahkan kakiku. Memainkan pena dengan jemariku dan membuatnya menari-nari di atas selembar kertas. Kini, kertas itu kembali tersenyum, ia merasa berguna dengan adanya goresan tinta walaupun susunannya belum sempurna. Aku tak peduli, yang pasti aku akan segera mencurahkan segala isi hati dan tak lagi menunggu waktu menghampiri. Kan ku ajak ia untuk melangkah, bersuara dan berkarya, karena kini, waktu ada di dalam genggamanku….
Subuh, 18 Februari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar